Jumat, 08 Januari 2016

Terapiku

Hari ini aku kontrol lagi, di RS yang sama saat aku melahirkan. Di sabtu yang cukup cerah ini, dengan ditemani ortu (suami masuk kerja pagi). Tidak seperti biasanya, poli hari ini lebih penuh dengan pasangan-pasangan muda yang akan memeriksakan kandungan. And as usually kalau manusia melihat suatu situasi yang pernah dia lewati sebelumnya, pikiran akan melayang ke masa itu. Yup, aku teringat saat aku dan suami memeriksakan kandungan. Senyum senyum sendiri aku melihat mereka, kebahagian itu tak tergantikan bagi para pasangan muda, menanti anak pertama. :)

Kontrol ke RS menjadi terapi tersendiri bagiku. Bahkan setelah selesai sc, terbaring menginap diruang perawatan juga merupakan terapi bagiku, karena aku sekamar dengan ibu-ibu yang melahirkan secara sc, yang diwaktu-waktu tertentu saat jam menyusui tiba, bayi-bayi mereka akan diantar ke kamar untuk mereka susui dalam waktu yang cukup lama. Tangisan bayi-bayi itu sempat membuatku pusing, bahkan saat sudah pulang dari perawatan yang pertama, mendengar tangis bayi masih membuatku pusing ingin muntah. Dengan berjalannya waktu, rasa itu berkurang. Saat masuk RS untuk yang kedua kalinya, rasa itu telah pudar. Aku sekamar lagi dengan ibu-ibu yang baru melahirkan bersama dengan bayi mereka. Bahkan kali ini untuk waktu yang cukup lama, seminggu. Namun hingga saat ini, yang belum bisa kulakukan adalah menggendong bayi. Aku masih tak sanggup, bahkan membayangkannya saja sudah membuatku sungkan, entah, terasa masih ada rasa yang aneh disana.

Di poli tidak hanya dipenuhi oleh pasangan-pasangan muda, namun banyak juga orangtua dengan bayi atau anak mereka. Melihat mereka menggendong bayi mungil atau anak mereka, membuat perasaan iri mengintip dihatiku. Jadi terpikir, betapa teganya orang-orang yang membuang bayi mereka, apalagi hingga bayi itu meninggal. Sedangkan banyak di seantero negeri yang ingin memiliki dan membesarkan anak. 

Namun ku tahu, aku juga harus bersyukur, masih banyak pasangan yang di beri cobaan tidak dapat memiliki anak. Sedangkan Allah SWT masih memperbolehkan aku menjadi seorang ibu, dari jagoan surgaku :). Ini sebagian dari cobaan yang Allah SWT berikan kepadaku, suami dan keluarga agar kami lebih baik lagi kedepannya. 

Dan aku percaya, tidak ada suatu cobaan yang dibebankan oleh Allah SWT melebihi kekuatan yang dimiliki oleh hambaNya :)

6 komentar:

  1. Baca tulisan ini bikin aku sedih mba.. Tp kalimat terakhirmu menyemangati ku juga..
    "an aku percaya, tidak ada suatu cobaan yang dibebankan oleh Allah SWT melebihi kekuatan yang dimiliki oleh hambaNya :)"

    Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan sedih cha, tidak ada suatu cobaan yang dibebankan oleh Allah SWT melebihi kekuatan yang dimiliki oleh hambaNya :)

      Hapus
    2. He'eh mba.Allah tau yang terbaik buat umatNya.semangaaaat

      Hapus
  2. Huhuhuuuuu...:( sedih baca ny. Yg smgt trs y sof..smua akn indah pd wkt ny kan!?

    BalasHapus
  3. Trus smgt y sof...huhuhuuuu jd sediih :(

    BalasHapus